Profil Saya

Sabtu, 28 Mei 2011

Dewasa Nggak Diukur dari Umur Kita

Apakah kedewasaan itu?? Pertanyaan itu keluar dari otak saya ketika saya sadar, telah banyak orang yang bilang, saya masih bersifat keanak-anakan. Di rumah, kalo saya lagi marah marah, gara-gara kamar saya berantakan atau barang saya hilang. Mama selalu bilang: “Dasar anak kecil!“
Di kantor, kalo saya lupa sesuatu atau berbuat kesalahan dalam bekerja, rekan kerja saya yang sudah bapak-bapak  selalu bilang: ”Rani itu masih anak-anak, pikirannya masih belum ke pekerjaan, masih di tempat main sama pacaran, jadi pahamin ajah“. Pertanyaan rekan kerja saya itu membuat saya sedih. Beda banget ketika saya di kampus. Tidak sedikit teman-teman dekat saya bilang, saya mempunyai sikap dewasa yang luar biasa. Maaf saya cukup PD...haha.

Saya sendiri jadi bingung, apakah kedewasaan itu? Darimana mereka bisa menilai kedewasaaan saya? Kenapa semua orang punya pendapat berbeda dalam sifat saya? Ada yang bilang saya keanak-anakan, tapi ada juga yang bilang saya dewasa. Jadi apakah tingkat kedewasaan orang dapat diukur?

Saya merasa sudah sangat dewasa dalam menyikapi apapun. Saya sudah bisa mengelola diri, mengelola ketakutan, kesedihan, selalu bersikap tenang dan apa adanya. saya juga merasa kalau saya sudah berfikir logis atas setiap tindakan yang saya lakukan. Saya bisa menghargai orang lain, dan menerima segala kekurangan dan kelebihan orang lain. Tapi di luar itu semua, ada salah satu sifat yang baru saya sadari, bahwa sifat itu adalah sifat keanak-anakan saya. yaitu sifat kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan.

Jujur menahan emosi itu susah bagi saya. Saya baru memahami sekarang, bahwa emosi yang saya miliki itu tidak baik.

Ternyata kedewasaaan seseorang tidak dapat diukur dari usia atau tingkat kematangan seseorang. Kedewasaaan itu relatif, tidak dapat diukur. Malah menurut saya, kedewasaan juga tidak dapat dilihat dari tingkah laku seseorang.  Yang dimaksud dewasa sebenarnya adalah sifat dimana seseorang dapat mengendalikan diri dari amarah dan emosi. Mengendalikan emosi dan amarah dan kemudian menjadikannya sebuah kesabaran.

dalam sudut pandang saya, tingkat kedewasaaa seseorang itu dapat berkembang. Kedewasaan timbul ketika masalah datang, ketika cobaaan dari Allah datang lalu kita mencoba merenung dan mencari jalan keluar, disanalah kedewasaan datang. Kedewasaan juga dapat dipengaruhi dari lingkungan, entah itu perihal ekonomi, keluarga, kerabat dekat, semua bisa mempengaruhi kedewasaan seseorang. Kedewasaan tidak akan tumbuh dari seseorang yang merasa nyaman dalam hidupnya. Kedewasaan tumbuh dari usaha, kekuatan, dan kerja keras dalam menyikapi kenyataan hidup yang keras.

Ketika kita mendapat cobaan yang berat dan bekerja keras melawan kerasnya hidup, tidak selalu kita mendapatkan kemenangan dan keberhasilan. Namun ada hal yang berharga yang bisa kita ambil dari masalah itu, yaitu kedewasaaan.

Proses kedewasaaan itu timbul ketika kita bisa menerima kekalahan atau terbuai dengan kemenangan. Kedewasaaan adalah sikap yang bijaksana dalam menerima kekalahan itu, dengan kesabaran dan kebijaksanaan menerima kekalahan, kelak kita akan berusaha lebih keras, dan lebih kuat jika mengalami masalah yang sama.

Jadi, kedewasaan adalah menjadikan kelemahan dalam diri menjadi suatu kekuatan, membersihkan jiwa-jiwa kotor menjadi jiwa yang tawadhu dan penyabar. dapatkan kedewasaaan itu dengan menempatkan diri kita kepada orang lain, masalah, dan ALLAH dengan sikap dan pandangan hidup yang bijaksana.

Oleh: Septirani Chairunnisa Kamal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar